GERBANG AGROPOLITAN TERANTANG MERUPAKAN BASIS INOVASI TEKNOLOGI UNTUK PELAKU UTAMA DAN PELAKU USAHA PERTANIAN DIPERSEMBAHKAN OLEH H.RAJIHAN

SELAMAT DATANG DI TERANTANG

SELAMAT DATANG DI DAERAH SENTRA BUAH JERUK DAN PADI SIAM MUTIARA,WILAYAH BINAAN KARANG DUKUH DAN KARANG BUAH TERANTANG KECAMATAN BELAWANG KABUPATEN BARITO KUALA KALIMANTAN SELATAN

Senin, 09 Maret 2020

OPT Penyebab Buah Burik Kusam Pada Buah Jeruk

OPT Penyebab Buah Burik Kusam Pada Buah Jeruk
Kutu Sisik
Kutu menyerang daun, ranting dan buah, menyukai tempat-tempat yang terlindung, seperti di bagian bawah permukaan daun di sepanjang tulang daun.  Kutu Sisik mengeluarkan toksin saat menusuk pada tanaman. Daun yang terserang akan berwarna kuning, terdapat bercak-bercak klorotis dan seringkali membuat daun menjadi gugur.  Serangan berat akan mengakibatkan ranting dan cabang menjadi kering serta terjadi retakan-retakan pada kulit. Jika serangan terjadi di sekeliling pangkal buah, akan menyebabkan buah gugur.  Akibat serangan pada buah dapat menurunkan kualitas, karena kotor dan bila dibersihkan meninggalkan bercak-bercak hijau atau kuning pada kulit buah.
Embun Tepung (Powdery mildew)
Patogen : Oidium tingitanium Carter.
Penyebarannya di semua pertanaman jeruk  di Indonesia, terutama pada musim kemarau yang lembab. Gejala ditunjukkan dengan adanya tanda lapisan tepung putih pada bagian atas daun, yang dapat menyebabkan daun malformasi (mengering akan tetapi tidak gugur).  Lapisan tepung putih ini adalah masa konidia jamur.  Fase kritis serangan adalah periode pertunasan dan daun muda yang sedang tumbuh, buah muda yang terserang mudah gugur.
Kudis (Scab)
Patogen : Spaceloma fawcetti jenkins.
Agroklimat yang menyebabkan tanaman inang rentan terjadi penyakit kudis adalah dataran tinggi basah dan dataran rendah basah. Gejala terlihat dengan adanya bercak kecil jernih pada daun dan helaian daun, kemudian berkembang menjadi semacam gabus berwarna kuning/coklat. Infeksi hanya terbatas pada salah satu permukaan daun saja.  Ukuran bercak lebih besar daripada kanker jeruk. Serangan parah menyebabkan pertumbuhan kerdil dan deformasi titik tumbuh.  Masa kritis dimulai saat fruitset sampai buah pentil.
Embun Jelaga (Sooty mold)      
Patogen : Jamur Capnodium citri
Terdapat pada setiap tanaman jeruk terutama bila dijumpai adanya kutu daun aphididae yang mengeluarkan embun madu. Daun, ranting dan buah terserang dilapisi oleh lapisan berwarna hitam.  Pada musim kering lapisan ini dapat dikelupas dengan menggunakan tangan dan mudah tersebar oleh angin.  Buah yang tertutup lapisan hitam ini biasanya ukurannya lebih kecil dan terlambat matang (masak). Penetrasi terutama terjadi pada permukaan kulit, hanya 10% penetrasi yang terjadi pada lapisan epidermis yang tidak dapat dibersihkan sehingga menjadi burik kusam.
Kanker Jeruk (Citrus cancer)
Patogen : Xanthomonas axonopodis pv. Citri
Tersebar diseluruh Indonesia, jeruk nipis (C. aurantifolia) dan pamelo (C. maxima Merr.) yang tumbuh pada suhu 20-35°C sangat peka terhadap penyakit ini. Infeksi terjadi melalui stomata, lentisel dan luka. Gejala awal berupa bercak putih pada sisi bawah daun yang selanjutnya warna hijau gelap, kadang-kadang berwarna kuning di sepanjang tepinya. Pada buah ditandai dengan gejala terbentuk gabus warna coklat tetapi bagian tepi tidak berwarna kuning
Sumber.Balitjestro,Tlekung,Malang

TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT ANTRAKNOSE PADA TANAMAN CABAI KECIL

TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT ANTRAKNOSE PADA TANAMAN CABAI KECIL

Tanaman Cabai merupakan jenis sayur-sayuran yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Karena hampir seluruh masyarakat membutuhkan cabai dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini keadaan iklim yang tidak menentu sangat mempengaruhi harga cabai. Tanaman cabai sangat sensitif terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit antraknose atau lebih dikenal istilah patek merupakan salah satu penyakit penting pada cabai keriting, cabai besar yang dapat menurunkan hasil antara 20–90% terutama pada saat musim penghujan. Sehingga tanaman cabai yang siap panen banyak yang membusuk. Akibat penurunan produksi ini, petani mengalami kerugian karena tidak bisa mencapai panen yang optimal.

Patogen utama penyakit antraknose pada cabai di Indonesia paling banyak disebabkan oleh jamur Colletotrichum acutatum Simmon. Gejala serangan penyakit antraknose atau patek mula-mula membentuk bercak cokelat kehitaman kemudian menjadi busuk lunak.
Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri atas kelompok seta dan konidium jamur. Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti merah jambu keabu-abuan atau kehitaman. Ledakan penyakit antraknos ini sangat cepat terutama pada saat musim penghujan. Jamur ini menyerang tanaman dengan menginfeksi jaringan buah dan membentuk bercak cokelat kehitaman yang kemudian meluas menjadi busuk lunak. Serangan yang berat menyebabkan buah mengering dan keriput serta berwana kuning dan kehitaman. Pada bagian tengah bercak yang mengering terlihat kumpulan titik-titik hitam dari koloni jamur. Ciri lain akibat serangan jamur ialah buah yang terserang terlihat bintik-bintik pada bagian tepi berwarna kuning, kemudian membesar dan memanjang. Pada kondisi lembab, jamur memiliki lingkaran memusat berwarna merah jambu atau abu-abu kehitaman.

Teknologi Pengendalian Penyakit Antraknose atau Patek:

1. Gunakan benih sehat. Jangan menggunakan biji cabai yang sudah terinfeksi, karena spora jamur tersebut dapat bertahan pada benih cabai.
2. Tanamlah varietas cabai yang lebih tahan patek, biasanya rawit lokal lebih tahan terhadap penyakit patek
3. Gunakan agensia hayati antagonis atau memanfaatkan mikroba Pseudomonas fluorescens dan Bacillus subtilis
4. Gunakan agensia antagonis dengan memanfaatkan Trichoderma spp. Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa Trichoderma dapat menghambat laju perkembangan jamur C. Acutatum penyebab penyakit antraknos.
5. Lakukan perendaman biji dalam air panas (sekitar 55oC) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0,05–0,1%) sebelum ditanam atau menggunakan agens hayati.
6. Lakukan penyemprotandengan fungisida atau agens hayati yang tepat terutama tanaman berumur 20 hari di persemaian atau 5 hari sebelum dipindahkan ke lapangan.
7. Perawatan di lingkungan sekitar tanaman mutlak dilakukan, terutama cabang air (wiwilan), penyiangan gulma, dan pengaliran air yang tergenang. Semua faktor tersebut merupakan bagian dari tindakan pencegahan, yang ditujukan agar lingkungan sekitar tanaman tidak lembab, mengingat patek (antraknose) disebabkan oleh jamur yang perkembangannya sangat didukung oleh lingkungan yang lembab.
8. Memusnahkan bagian tanaman,baik daun, batang atau buah yang terinfeksi.
9. Lakukan penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili solanaceae (terong, tomat dll.) atau tanaman inang lainnya.
10. Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi. Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya.
11. Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa hitam perak sinar matahari dapat dipantulkan pada bagian bawah permukaan daun/tanaman, sehingga kelembaban tidak begitu tinggi. Disamping itu penggunaan mulsa plastik untuk menghindari penyebaran spora melalui percikan air hujan.
12. Gunakan jarak tanam yang agak lebar yaitu sekitar 65–70 cm (lebih baik 70 cm) dan ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih besar.
13. Tambahkan unsur Kalium dan Kalsium untuk membantu pengerasan buah cabai.
14. Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi. Sebaiknya gunakan pupuk dasar NPK yang rendah kandungan nitrogennya dengan kocoran karena unsur N akan membuat tanaman menjadi rimbun yang akan meningkatkan kelembaban di sekitar tanaman.
15. Hindarkan menanam cabai berdekatan dengan tanaman cabai yang sudah terkena lebih dahulu oleh antraknos / patek, ataupun tanaman inang lain yang telah terinfeksi.
16. Pengelolaan drainase yang baik terutama di musim penghujan, dengan cara meninggikan guludan tanah.
Sumber : Iptek Hortikultura Vol 10 Tahun 2014 oleh Hasyim, A, Setiawati, W, dan Liferdi

STANDAR OPERASINAL PROGRAM (SOP) PEMANGKASAN BENTUK JERUK

STANDAR OPERASINAL PROGRAM (SOP) 
PEMANGKASAN BENTUK JERUK
A.   Definisi
Merupakan rangkaian kegiatan memangkas  cabang/ ranting tanaman dalam rangka pembentukan kanopi. Kanopi tanaman terbentuk dengan pola 1-3-9-27, yakni 1 batang utama, 3 cabang primer, 9 cabang sekunder dan 27 cabang tersier.
B.   Tujuan : 
Untuk membentuk kerangka dasar tanaman agar mendukung tanaman mempunyai produktivitas tinggi.      
C.  Bahan dan Alat
  1. Gunting pangkas.
  2. Gergaji pangkas.
  3. Meni/oli bekas.
  4. Kuas halus.
  5. Tangga.
D.  Fungsi   : 
  1. Gunting pangkas digunakan untuk  memotong tunas, ranting dan cabang kecil.
  2. Gergaji pangkas digunakan untuk memotong cabang besar.
  3. Meni atau oli bekas digunakan sebagai pelapis/penutup luka bekas pangkasan.
  4. Kuas halus digunakan untuk mengoleskan meni atau oli bekas pada batang yang telah dipangkas.
  5. Tangga digunakan untuk mencapai bagian tanaman yang  tidak bisa dijangkau oleh tangan untuk dilakukan pemangkasan.
E.  Prosedur Pelaksanaan:                              
  1. Pangkas benih mangga mengikuti pola 1-3-9-27 
  2. Lakukan pangkas bentuk I sejak tanaman masih muda (benih setinggi 80-100 cm).
  3. Pelihara 3 cabang primer yang membentuk sudut  seimbang (120º) antar yang berbeda. Cabang lain yang tidak dikehendaki dipangkas sampai ± 1 cm dari pangkal cabang.
  4. Dari cabang primer tersebut masing-masing dipelihara 3 cabang sekunder, demikian seterusnya sampai terbentuk percabangan yang kompak dan kanopi pohon diarahkan membentuk setengah kubah dengan penyebaran daun merata.
  5. Ulangi pemangkasan batang utama jika tunas yang tumbuh pada bidang pangkasan hanya 1 atau 2 cabang saja.
  6. Lakukan pemangkasan berikutnya jika cabang yang dipelihara telah mencapai 1 meter atau 3-6 bulan setelah pemangkasan pertama, seperti syarat dan tata cara pemangkasan pertama.
  7. Catat semua kegiatan pemangkasan pada kartu kendali pemangkasan agar diketahui kapan pemangkasan berikutnya.
 
Gambar Pemangkasan Bentuk Tanaman
Sumber: Dirjen Horti ,Kementan RI. Jakar